Fbhis.umsida.ac.id – 3 Dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) melaksanakan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) riset fundamental dengan pendanaan hibah riset Bima 2025. Diskusi ini mengambil tema riset “Penelitian Model Manajemen Pariwisata Berkelanjutan berbasis Manajemen Risiko dengan Mengintegrasikan Metode POAC dan Pentahelix”, yang diharapkan menjadi kontribusi nyata bagi pengembangan pariwisata di Kabupaten Sidoarjo.
Kegiatan FGD berlangsung pada Kamis, (28/08/2025), dan dihadiri oleh berbagai pihak, mulai dari civitas akademika Umsida hingga perwakilan pemerintah daerah.
Turut hadir Dr Sigit Hermawan SE MSI selaku Direktur Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM Umsida), Dr Totok Wahyu Abadi MSi selaku tenaga ahli, serta perwakilan dari Dinas Pariwisata Sidoarjo, di antaranya Ribut Wiyoto SS dan Radhitya Probo Ratu Nagoro SE dari bidang ekonomi kreatif.
Baca juga: Dosen Ikom Umsida Dampingi Sekolah Muhammadiyah dalam Pengelolaan Media Sosial Berbasis AI
Kolaborasi Akademisi dan Pemerintah Daerah
Riset ini diketuai langsung oleh Dr Poppy Febriana SSos MMedKom, Dekan Fbhis Umsida bersama dua dosen lainnya, yakni Alshaf Pebrianggara SE MM, dosen bisnis digital, serta Cindy Taurusta SST MT, dosen informatika.
Selain itu, tiga mahasiswa juga terlibat aktif dalam riset sebagai bentuk pembelajaran dan kontribusi nyata terhadap pengembangan daerah.
Dalam sambutannya, Dr Sigit Hermawan menegaskan pentingnya sinergi antara akademisi dan pemerintah daerah dalam penelitian ini.
“Alhamdulillah, ini adalah bagian dari kinerja di DRPM. Terima kasih kepada Bu Poppy dan tim selaku penggagas riset ini. Semoga nantinya bisa menghasilkan luaran yang sesuai dengan proposal, dan tentu kami berharap keberlanjutannya di tahun-tahun mendatang,” ujarnya.
Beliau juga menambahkan bahwa riset ini memiliki potensi besar untuk berkembang menjadi program pengabdian masyarakat (Abdimas).
“Apalagi sudah ada mitra dari ekonomi kreatif dan dinas pariwisata. Harapan kami, riset ini dapat lebih mudah di-create menjadi Abdimas, sehingga tidak hanya menambah kinerja pemerintah, tetapi juga memberikan nilai tambah bagi DRPM dan fakultas,” tambahnya.
Lihat juga: Direksi Multinasional, Nilai Maksimal: Ketika Keberagaman Jadi Aset Perusahaan
Identifikasi Risiko dan Faktor Pengelolaan Pariwisata Sidoarjo
Dalam FGD ini, tim peneliti menjelaskan bahwa riset fundamental dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada masyarakat dan pemangku kepentingan pariwisata.
Tujuannya adalah menghimpun data mengenai faktor-faktor yang memengaruhi pengelolaan pariwisata berkelanjutan sekaligus mengidentifikasi risiko yang dapat menghambat perkembangannya di Kabupaten Sidoarjo.
Kuesioner disusun dalam dua bagian. Pertama, identifikasi responden untuk mengklasifikasikan jawaban berdasarkan demografi seperti usia dan jenis kelamin.
Kedua, kuesioner inti yang mengukur faktor-faktor berpengaruh terhadap sustainable tourism management berbasis risiko.
Indikator yang diukur mencakup empat dimensi keberlanjutan, yakni budaya, ekonomi, lingkungan, dan masyarakat.
Sementara itu, dimensi risiko pariwisata meliputi aspek politik, ekonomi, sosial-budaya, lingkungan dan kesehatan, manajerial, serta keamanan wisatawan.
Selain pertanyaan tertutup, kuesioner juga memuat pertanyaan terbuka mengenai faktor yang memengaruhi keputusan wisatawan, prioritas perbaikan kualitas pariwisata, serta harapan masyarakat terhadap pengembangan wisata di Sidoarjo.
“Secara keseluruhan, instrumen ini diharapkan mampu memberikan gambaran komprehensif mengenai peluang dan tantangan dalam mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan, inklusif, dan berdaya saing,” jelas Alshaf Pebrianggara.
Harapan terhadap Keberlanjutan Riset
Kehadiran tenaga ahli, dosen lintas program studi, mahasiswa, dan mitra dari pemerintah daerah semakin memperkuat arah riset fundamental ini.
Dengan pendekatan POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) yang dipadukan dengan konsep Pentahelix, tim berharap dapat merumuskan model manajemen pariwisata yang berbasis risiko, realistis, dan aplikatif.
Dr Poppy menegaskan pentingnya adaptasi riset dengan kondisi lapangan.
“Pariwisata itu dinamis, sehingga model manajemen yang dikembangkan harus adaptif terhadap perubahan lingkungan dan risiko yang muncul. Dengan begitu, hasil penelitian bisa langsung diterapkan,” ungkapnya.
FGD ini juga menjadi ruang diskusi terbuka bagi mitra dari Dinas Pariwisata. Ribut Wiyoto menekankan perlunya riset akademik untuk memperkuat kebijakan daerah.
“Kami di dinas pariwisata sangat terbantu dengan adanya riset ini, karena bisa memberikan data yang valid untuk perumusan kebijakan dan strategi,” ujarnya.
Dengan hasil riset ini, diharapkan akan lahir sebuah model pengelolaan pariwisata berkelanjutan yang tidak hanya memperhatikan aspek ekonomi, tetapi juga menjaga kelestarian budaya, lingkungan, dan keberdayaan masyarakat lokal.
Harapan besar pun muncul agar riset ini berlanjut di tahun-tahun berikutnya, bahkan bisa menjadi dasar pengembangan program Abdimas.
Penulis: Indah Nurul Ainiyah