Fbhis.umsida.ac.id – Dalam rangkaian seminar launching Program Magister Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Dr Roni Tabroni MSi, menyampaikan materi berjudul Media dan Islam Berkemajuan.
Bertempat di ruang pleno FK Kampus 1 Umsida pada Selasa, (28/10/2025) ia menguraikan peran strategis media dalam membangun kesadaran, menggerakkan perubahan sosial, dan memperkuat nilai-nilai Islam berkemajuan di tengah perkembangan dunia digital.
Dalam paparannya, Dr Roni menjelaskan bahwa media bukan hanya alat penyampai informasi, melainkan medan perjuangan yang berfungsi untuk membebaskan, memajukan, dan melawan ketertinggalan umat.
“Media adalah medan perjuangan. Ia bisa menjadi alat pembebasan, alat perlawanan terhadap kebodohan dan penjajahan, sekaligus alat untuk memajukan masyarakat dengan narasi Islam yang berkemajuan,” ungkapnya.
Menurutnya, keberadaan media dalam konteks Islam berkemajuan tidak bisa dilepaskan dari nilai dakwah dan pencerahan.
Media yang dikelola dengan nilai-nilai Islam dapat menjadi sumber inspirasi, pengetahuan, serta sarana untuk membentuk kesadaran publik.

“Media bukan sekadar ruang ekonomi dan politik, tapi juga instrumen perubahan lintas peradaban,” tegas Dr Roni.
Jejak Tokoh Pers Muhammadiyah dan Warisan Pena
Dalam penjelasan historisnya, Dr Roni mengangkat peran empat tokoh besar pers Muhammadiyah yang menjadi simbol perjuangan lewat pena, yakni H. Fachrodin, Hamka, Buya Syafi’i Ma’arif, dan Prof. Dr. Haedar Nashir.
Keempat tokoh ini, menurutnya, menunjukkan bahwa media memiliki peran fundamental dalam membangun ideologi, nasionalisme, dan kesadaran keagamaan umat Islam.
“H. Fachrodin menggunakan media untuk melawan penjajah, menentang kristenisasi, dan membangkitkan semangat nasionalisme. Hamka menulis untuk menghidupkan Islam yang berpadu dengan kebudayaan dan modernitas. Sementara Buya Syafi’i menegakkan nilai inklusifisme Islam, dan Prof. Haedar Nashir mengembangkan narasi Islam berkemajuan,” jelas Dr Roni.
Ia menilai, karya para tokoh tersebut merupakan bukti bahwa dakwah Islam berkemajuan tidak hanya dilakukan di mimbar, tetapi juga di ruang redaksi dan halaman media.
“Pembaharuan Islam dilakukan melalui pena, tulisan, dan ide-ide yang membebaskan umat dari ketertinggalan,” ujarnya.
Dr Roni juga menyebut bahwa media Muhammadiyah seperti Suara Muhammadiyah merupakan simbol kemajuan yang menandai konsistensi gerakan Islam dalam berdialog dengan perubahan zaman.
Media menjadi sarana dakwah yang membawa semangat intelektual, pencerahan, dan kemanusiaan universal.
Lihat juga: Umsida Tambah Prodi Baru: Magister Ilmu Komunikasi Fokus pada PR dan New Media
Jurnalis sebagai Aktor Perubahan dan Ruang Intelektual
Lebih lanjut, Dr Roni menegaskan bahwa peran jurnalis tidak boleh dipandang sebelah mata.
Ia menyebut jurnalis bukan sekadar “kuli tinta”, melainkan aktor perubahan sosial yang memiliki tanggung jawab moral dan intelektual dalam setiap karyanya.

“Jurnalis bukan kuli tinta, tetapi aktor perubahan melalui karya-karya yang mencerahkan,” ujarnya menegaskan.
Menurutnya, seorang jurnalis ideal adalah mereka yang mampu menjadikan tulisan sebagai pedoman, inspirasi perubahan, serta jembatan pengetahuan antara nilai agama dan realitas sosial.
“Media harus menjadi ruang intelektual yang menyalurkan gagasan pencerahan dan nilai-nilai kemanusiaan,” tambahnya.
Dr Roni juga menyoroti pentingnya ideologi dalam kerja jurnalistik. Bagi umat Islam, media berfungsi sebagai alat transfer nilai dan ruang artikulasi moral.
“Media dalam Islam tidak hanya bicara siapa cepat menyebarkan informasi, tapi siapa paling bijak dalam mengarahkan peradaban,” jelasnya.
Media sebagai Pilar Dakwah Islam Berkemajuan
Menutup sesi presentasinya, Dr Roni menegaskan kembali bahwa media memiliki kekuatan strategis dalam mewujudkan cita-cita Islam berkemajuan.
Ia mengajak insan komunikasi, akademisi, dan jurnalis muda untuk mengembalikan orientasi media pada nilai dakwah, moralitas, dan kemajuan peradaban.
Penulis: Indah Nurul Ainiyah
“Media harus menjadi pedoman, inspirasi, dan alat dakwah yang menuntun umat menuju perubahan. Ketika media berpihak pada nilai pencerahan, ia akan melahirkan masyarakat yang berpengetahuan dan berakhlak,” pungkasnya.
Melalui materinya, Dr Roni Tabroni mengingatkan bahwa masa depan dakwah Islam tidak hanya bergantung pada mimbar dan podium, tetapi juga pada kemampuan umat mengelola media secara cerdas, beretika, dan berlandaskan nilai-nilai keislaman.
Dengan begitu, media dapat terus menjadi kekuatan pembebas yang membawa peradaban Islam menuju arah yang maju, inklusif, dan berkemanusiaan.
Penulis: Indah Nurul Ainiyah


















