Fbhis.umsida.ac.id – TikTok kini tidak hanya menjadi platform hiburan semata, tetapi telah bertransformasi menjadi ladang subur bagi strategi pemasaran digital.
Penelitian yang dilakukan oleh Dr Didik Hariyanto MSi, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), mengungkap realitas menarik seputar content marketing di TikTok ternyata memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku impulsive buying mahasiswa Umsida.
Nilai signifikansi yang dicatat dalam penelitian ini sebesar 0,006 (<0,05) mempertegas bahwa strategi konten di TikTok benar-benar ampuh membujuk mahasiswa untuk melakukan pembelian tanpa rencana.
Baca juga: Waspadai Jebakan Dividen: Saat Imbal Hasil Tinggi Justru Jadi Bumerang bagi Investor Saham.
Konten yang Memikat: Rahasia Di Balik Impulsifnya Mahasiswa
Dalam dunia pemasaran digital, elemen content marketing seperti nilai, relevansi, akurasi, dan konsistensi menjadi kunci keberhasilan menjaring perhatian audiens.

Konten yang ditampilkan di TikTok seringkali dikemas dalam bentuk ulasan produk, video endorsement, hingga promosi diskon kilat yang menggugah rasa ingin tahu.
Didik Hariyanto dalam penelitiannya menjelaskan bahwa elemen-elemen tersebut bekerja secara psikologis pada mahasiswa, menstimulasi emosi dan menciptakan dorongan spontan untuk membeli.
Karakteristik konten yang paling memicu reaksi impulsif di kalangan mahasiswa umumnya adalah konten berdurasi singkat dengan visual menarik, narasi persuasif, dan didukung musik yang viral.
Produk fashion, skincare, hingga gadget menjadi contoh jenis produk yang sering memancing keputusan pembelian impulsif ini.
Fenomena ini diperkuat dengan istilah populer di kalangan pengguna, yakni racun TikTok, yang menggambarkan betapa kuat daya hipnosis konten terhadap perilaku belanja mereka.
Lihat juga: UMKM dan Digitalisasi: Peluang Atau Ancaman?
Apakah Respons Mahasiswa Berbeda Berdasarkan Gender?
Salah satu poin kritis yang patut disoroti dari penelitian ini adalah: apakah terdapat perbedaan signifikan antara mahasiswa laki-laki dan perempuan dalam merespons content marketing?

Data pengguna TikTok memang menunjukkan dominasi anak muda, baik laki-laki maupun perempuan, sebagai pengguna aktif platform ini.
Namun, menariknya, hasil penelitian ini tidak secara khusus membedah perbedaan respons berdasarkan gender.
Meski demikian, dalam diskusi lanjutan, penting untuk melihat bahwa gaya penyajian konten, jenis produk yang dipasarkan, serta pendekatan visual mungkin akan lebih memikat satu gender dibanding gender lainnya.
Misalnya, konten yang menonjolkan tren fashion terkini atau produk skincare cenderung lebih cepat viral di kalangan mahasiswi, sedangkan konten gadget, teknologi, atau permainan daring lebih menarik minat mahasiswa laki-laki.
Hal ini mengindikasikan peluang bagi pelaku usaha untuk menyusun strategi konten yang lebih segmented dan tepat sasaran.
TikTok: Antara Peluang Pemasaran dan Ancaman Konsumtif
Temuan penelitian Didik Hariyanto memberi cerminan bahwa content marketing di TikTok bukan sekadar alat komunikasi pemasaran biasa.
Dengan nilai Adjust R Square sebesar 28,7%, jelas bahwa content marketing dan FoMO (Fear of Missing Out) memberi kontribusi nyata terhadap pembelian impulsif, meski 71,3% lainnya dipengaruhi faktor lain.
Artinya, di era digital saat ini, konten punya kekuatan luar biasa untuk mendorong perilaku konsumtif mahasiswa.
Bagi pelaku usaha, data ini adalah peluang emas. Mahasiswa sebagai target pasar sangat responsif terhadap konten kreatif yang menyentuh emosi dan memenuhi kebutuhan gaya hidup mereka.
Namun di sisi lain, fenomena ini juga menjadi peringatan bahwa mahasiswa sebagai generasi muda perlu lebih kritis dalam menyaring informasi dan tidak mudah tergoda membeli hanya karena tekanan tren atau konten yang viral.
Dengan demikian penelitian ini membuka ruang diskusi lebih dalam bagi akademisi, praktisi pemasaran, dan para mahasiswa sendiri untuk merenungkan seberapa jauh kita mampu mengendalikan diri di tengah gempuran konten pemasaran yang kian masif di dunia digital?
TikTok telah membuktikan, bahwa di balik hiburan ada strategi komunikasi yang mampu menggerakkan dompet generasi muda tanpa mereka sadari.
Semakin kuatnya pengaruh content marketing di TikTok menjadi tantangan sekaligus peluang bagi dunia pendidikan untuk membekali mahasiswa dengan literasi digital yang bijak.
Pada akhirnya, kontrol diri dan kecerdasan dalam berbelanja adalah kunci agar generasi muda tidak sekadar menjadi sasaran empuk arus pemasaran digital.
Sumber: Jurnal “Pengaruh Content Marketing di Tiktok dan FOMO (Fear Of Missing Out)
terhadap Impulsive Buying pada Mahasiswa UMSIDA”
Penulis: Indah Nurul Ainiyah