Fbhis.umsida.ac.id – Sebagai dosen Ilmu Komunikasi, Nur Maghfirah Aesthetika MMedKom turut berperan aktif dalam berbagi wawasan dan pengetahuan melalui berbagai forum akademik. Dalam seminar Guest Lecturer yang digelar baru-baru ini, beliau hadir sebagai pemateri dengan topik menarik yang relevan dengan perkembangan zaman, yakni “Transformasi Digital pada Museum: Dari Institusi Budaya ke Pusat Hiburan Modern.”
Mengupas Pentingnya Transformasi Digital pada Museum
Dalam paparannya, Nur Maghfirah menyoroti perubahan fundamental dalam dunia museum di era digital. Menurutnya, museum tidak lagi hanya berfungsi sebagai “kuil budaya” yang menyimpan artefak sejarah, tetapi telah berevolusi menjadi pusat hiburan modern yang mampu menarik berbagai kalangan, terutama generasi muda. Transformasi ini menjadi sangat penting agar museum tetap relevan dan berdaya saing di tengah perkembangan teknologi.
Ia menjelaskan bahwa penerapan teknologi digital tidak hanya membantu museum dalam meningkatkan daya tariknya, tetapi juga memperkaya pengalaman pengunjung melalui fitur-fitur interaktif, tur virtual, dan pameran berbasis multimedia. Dengan memanfaatkan teknologi digital, museum kini mampu menjangkau audiens yang lebih luas, termasuk mereka yang tidak dapat mengunjungi lokasi secara fisik.
Museum-Museum di Indonesia Sebagai Contoh Transformasi Digital
Nur Maghfirah juga memaparkan sejumlah museum di Indonesia yang telah sukses mengadopsi teknologi digital dalam operasionalnya. Salah satunya adalah Museum of Modern & Contemporary Art in Nusantara (Museum MACAN) yang dikenal dengan koleksi seni kontemporernya. Museum ini tidak hanya menampilkan karya seni lokal maupun internasional, tetapi juga memanfaatkan platform digital untuk mempromosikan pamerannya.
Selain itu, Museum Lokananta di Solo menjadi contoh lain yang menarik. Museum ini tidak hanya menyimpan koleksi lagu-lagu daerah dan rekaman sejarah, tetapi juga memanfaatkan teknologi digital untuk mendokumentasikan warisan musik Indonesia agar dapat diakses oleh generasi masa depan.
Nur Maghfirah juga mengangkat contoh Museum Al Jabar di Jawa Barat yang mendokumentasikan sejarah Islam, serta Museum Angkut di Batu yang fokus pada perkembangan transportasi. Kedua museum ini mengintegrasikan teknologi digital untuk meningkatkan daya tarik pameran mereka sekaligus memberikan pengalaman edukasi yang interaktif bagi pengunjung.
Baca juga: Transformasi Ekonomi Digital dan Kreatif: Strategi Pemulihan Pariwisata Indonesia
Transformasi Digital sebagai Kunci Keberlanjutan Museum
Dalam sesi tanya jawab, Nur Maghfirah menekankan bahwa transformasi digital bukan hanya soal teknologi, tetapi juga menyangkut perubahan paradigma dalam pengelolaan museum. Ia menyebutkan bahwa digitalisasi dapat meningkatkan keterlibatan pengunjung dengan menyediakan akses yang lebih luas ke koleksi museum melalui platform daring.
“Museum yang sukses adalah museum yang mampu menyeimbangkan antara peran edukasi dan hiburan. Teknologi digital menjadi jembatan untuk mencapai hal tersebut,” ujar Nur Maghfirah.
Ia juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara pengelola museum, seniman, dan ahli teknologi untuk menciptakan pengalaman yang bermakna dan berkesan bagi pengunjung. Dengan begitu, museum dapat menjadi pusat edukasi berkelanjutan yang tidak hanya menginspirasi, tetapi juga menghibur.
Manfaat Transformasi Digital pada Museum
Dalam seminar tersebut, Nur Maghfirah juga menggarisbawahi beberapa manfaat utama dari transformasi digital bagi museum:
- Peningkatan Pengalaman Pengunjung: Teknologi seperti augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) memungkinkan pengunjung merasakan pengalaman yang lebih mendalam.
- Peluang Edukasi yang Lebih Luas: Museum dapat menyediakan sumber daya edukasi berbasis digital yang mudah diakses oleh pelajar dan masyarakat umum.
- Pelestarian Warisan Budaya: Digitalisasi koleksi memungkinkan museum menyimpan artefak dan data sejarah dalam format yang tahan lama dan dapat diakses secara global.
- Peningkatan Keterlibatan Generasi Muda: Dengan pendekatan digital yang modern, museum menjadi lebih relevan dan menarik bagi generasi muda yang akrab dengan teknologi.
Pertanyaan yang Sering Muncul tentang Transformasi Digital Museum
Dalam seminar tersebut, beberapa pertanyaan sering muncul dari audiens. Salah satunya adalah tentang bagaimana museum-museum kecil di daerah dapat memulai transformasi digital. Nur Maghfirah menjelaskan bahwa transformasi digital tidak harus selalu mahal. Museum kecil dapat memulai dengan langkah sederhana, seperti mendigitalisasi koleksi dan mempromosikannya melalui media sosial.
Lihat juga: Eksistensi Pasar Tradisional di Tengah Gempuran Pasar Modern: Studi di Wamena, Papua
“Langkah kecil pun dapat membawa dampak besar jika dilakukan dengan konsisten dan kreatif,” pungkasnya.
Seminar Guest Lecturer ini diakhiri dengan diskusi interaktif yang memberikan wawasan berharga tentang masa depan museum di era digital. Peran Nur Maghfirah Aesthetika sebagai pemateri tidak hanya memberikan inspirasi, tetapi juga mendorong audiens untuk berpikir lebih jauh tentang bagaimana teknologi dapat dimanfaatkan untuk memajukan dunia pendidikan dan budaya di Indonesia.
Penulis: Indah Nurul Ainiyah