Fbhis.umsida.ac.id – Pendidikan adalah kunci utama dalam menciptakan masyarakat yang maju dan berdaya saing.
Oleh karena itu, Sustainable Development Goals (SDG) 4 menekankan pentingnya pendidikan berkualitas yang inklusif dan merata bagi semua orang.
Namun, di Indonesia, akses terhadap pendidikan yang setara masih menjadi tantangan besar, terutama di daerah terpencil dan tertinggal.
Kesenjangan dalam infrastruktur, fasilitas, serta kualitas tenaga pengajar menjadi hambatan utama dalam mewujudkan visi pendidikan yang berkualitas.
Baca juga: Budaya Organisasi, Kepuasan Kerja, dan Dukungan: Kunci Mendorong OCB di Tempat Kerja
Lalu, bagaimana tantangan ini dapat diatasi? Apa peran digitalisasi dan komunitas dalam mendukung pemerataan pendidikan? Berikut ulasannya.
Tantangan dalam Pemerataan Pendidikan di Indonesia
Indonesia sebagai negara kepulauan menghadapi tantangan geografis yang kompleks dalam pemerataan pendidikan.
![](https://fbhis.umsida.ac.id/wp-content/uploads/2025/02/dalam.png)
Di beberapa daerah, akses ke sekolah masih sulit dijangkau karena infrastruktur jalan yang buruk atau jarak yang jauh dari pemukiman penduduk.
Hal ini menyebabkan angka putus sekolah masih cukup tinggi, terutama di daerah pedesaan dan kepulauan.
Selain itu, kesenjangan fasilitas juga menjadi faktor yang memperburuk kondisi pendidikan. Sekolah di kota-kota besar umumnya memiliki fasilitas yang lebih lengkap, seperti laboratorium, perpustakaan, dan akses internet.
Sebaliknya, di daerah terpencil, masih banyak sekolah yang kekurangan ruang kelas, tenaga pengajar yang kompeten, serta minimnya akses terhadap bahan ajar berkualitas.
Lihat juga: Strategi Digital Berbasis AI: Pengmas Dosen Ikom Umsida untuk Sekolah Muhammadiyah di Sidoarjo
Tidak hanya itu, faktor ekonomi juga menjadi penghambat utama dalam pemerataan pendidikan.
Banyak anak-anak dari keluarga kurang mampu terpaksa berhenti sekolah karena harus membantu perekonomian keluarga.
Biaya pendidikan, meskipun sudah banyak program bantuan dari pemerintah, tetap menjadi beban bagi beberapa kalangan masyarakat yang masih berjuang secara ekonomi.
Solusi: Digitalisasi Pendidikan dan Peran Komunitas dalam Pendidikan Inklusif
Salah satu solusi untuk mengatasi kesenjangan pendidikan adalah dengan digitalisasi pendidikan.
Teknologi telah membuka peluang baru bagi pemerataan akses pendidikan, terutama dengan adanya pembelajaran online.
Dengan platform e-learning, siswa di daerah terpencil dapat memperoleh akses ke materi pembelajaran yang sama dengan siswa di kota besar.
![](https://fbhis.umsida.ac.id/wp-content/uploads/2025/02/dalam-600x397.jpg)
Program seperti Sekolah Digital dan Kelas Daring yang digagas oleh pemerintah maupun swasta menjadi langkah awal dalam menjembatani kesenjangan pendidikan.
Selain itu, pemerintah juga dapat bekerja sama dengan perusahaan teknologi untuk menyediakan akses internet gratis dan perangkat digital bagi sekolah-sekolah di daerah terpencil.
Dengan adanya infrastruktur digital yang memadai, guru dan siswa dapat lebih mudah mendapatkan bahan ajar berkualitas serta mengikuti pelatihan berbasis teknologi.
Lihat juga: Sinyal Kuat Prof Abdul Mu’ti Jadi Menteri Pendidikan, Apa Kata Rektor Umsida?
Tidak hanya digitalisasi, peran komunitas juga sangat penting dalam mendukung pendidikan inklusif.
Organisasi masyarakat dan komunitas lokal dapat berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran pentingnya pendidikan, serta membantu menyediakan fasilitas belajar yang lebih layak.
Gerakan relawan pengajar yang datang ke daerah-daerah terpencil untuk memberikan pendidikan tambahan bagi anak-anak yang kurang beruntung telah menjadi inisiatif yang sangat berarti.
Selain itu, program beasiswa dan donasi pendidikan dari komunitas serta perusahaan swasta juga dapat membantu anak-anak dari keluarga kurang mampu untuk tetap melanjutkan pendidikan mereka.
Dengan keterlibatan banyak pihak, upaya untuk mewujudkan pendidikan berkualitas dan merata menjadi lebih mungkin untuk diwujudkan.
Mewujudkan pendidikan berkualitas untuk semua bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga tanggung jawab bersama antara masyarakat, komunitas, dan sektor swasta.
Tantangan seperti kesenjangan akses, fasilitas, dan ekonomi memang masih menjadi hambatan besar, namun dengan inovasi digital dan keterlibatan berbagai pihak, pendidikan yang lebih inklusif dan merata dapat diwujudkan.
Melalui pemanfaatan teknologi, penguatan program komunitas, serta kerja sama antara berbagai pemangku kepentingan, kita dapat memastikan bahwa setiap anak Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan terbaik.
Dengan begitu, kita tidak hanya mencapai SDG 4, tetapi juga menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi generasi mendatang.
Sumber: Jurnal Basicedu “Membangun Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam Mewujudkan Program Sustainable Development Goals (SDGs)”
Penulis: Indah Nurul Ainiyah