Fbhis.umsida.ac.id – IVSC 2025 menjadi platform penting untuk membahas berbagai isu komunikasi dalam masyarakat digital. Salah satu sesi yang menarik perhatian adalah materi yang disampaikan oleh Ainur Rochmaniah, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), bertajuk “Ethical Communication Skills: Start from Family”. Materi ini mengupas peran keluarga dalam menanamkan keterampilan komunikasi etis sebagai langkah awal membangun generasi yang bermoral di era teknologi.
Karakteristik Masyarakat Digital dan Tantangan Etika
Dalam presentasinya, Ainur Rochmaniah menjelaskan bahwa masyarakat digital ditandai oleh ketergantungan pada teknologi dalam berkomunikasi, perubahan pola interaksi dari tatap muka menjadi daring, dan tingginya kebutuhan akan informasi. “Media sosial seperti Instagram, Facebook, dan TikTok kini menjadi pusat interaksi masyarakat. Namun, penggunaannya sering kali menimbulkan tantangan etika,” jelas Ainur.
Salah satu tantangan utama adalah menurunnya etika komunikasi. Hal ini terlihat dari maraknya penggunaan kata-kata kasar, penyebaran berita hoaks, dan pelanggaran hak cipta di media sosial. “Kemajuan teknologi memang memudahkan, tetapi tanpa etika, kita kehilangan esensi komunikasi yang seharusnya membangun,” tegasnya.
Keluarga Sebagai Pondasi Etika Komunikasi
Ainur menekankan bahwa keluarga memiliki peran penting dalam membangun etika komunikasi anak. Ia mengutip penelitian Aini Uldafira (2023), yang menyatakan bahwa pola komunikasi keluarga berpengaruh signifikan terhadap perilaku anak, termasuk dalam kasus cyberbullying. “Anak-anak cenderung meniru perilaku orang tua mereka, baik dalam bertutur kata maupun bersikap,” ujarnya.
Menurut Ainur, pendidikan orang tua sangat penting dalam membentuk etika komunikasi anak. Pola asuh yang harmonis, penggunaan bahasa yang sopan, dan teladan yang konsisten dari orang tua akan membantu anak memiliki perilaku komunikasi yang baik. “Keluarga adalah pintu pertama bagi anak untuk belajar etika. Jika lingkungan keluarga mendukung, anak akan lebih mudah mengembangkan keterampilan komunikasi yang positif,” tambahnya.
Ainur juga menyoroti pentingnya keselarasan antara perkataan dan tindakan orang tua. Ia mengutip Thomas Lickona, yang menyatakan bahwa keluarga adalah guru moral pertama bagi anak. Selain itu, nilai-nilai agama dapat menjadi panduan untuk membangun komunikasi yang etis. Ia mengacu pada QS Ar-Rum ayat 30 dan QS Al-Hijr ayat 99, yang menekankan pentingnya pendidikan berkelanjutan hingga akhir hayat.
Komunikasi Etis di Media Sosial: Peran Kritis Orang Tua
Dalam era digital, komunikasi etis di media sosial menjadi semakin penting. Ainur menguraikan prinsip-prinsip utama yang harus diterapkan oleh pengguna media sosial, seperti:
Menghindari penggunaan kata-kata kasar, provokatif, atau berbau SARA.
Tidak menyebarkan berita bohong atau informasi tanpa sumber yang valid.
Menghormati hak cipta dan tidak menyalin konten tanpa izin.
Memberikan komentar yang relevan, sopan, dan membangun.
“Komunikasi yang etis di media sosial bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga dipengaruhi oleh pendidikan keluarga,” jelasnya. Ainur mengingatkan bahwa anak-anak yang tumbuh di lingkungan keluarga yang mengedepankan komunikasi etis cenderung memiliki kemampuan lebih baik dalam berinteraksi secara digital.
Selain itu, Ainur menggarisbawahi pentingnya kontrol orang tua terhadap aktivitas digital anak. Ia menekankan bahwa orang tua perlu menjadi pendamping aktif dalam penggunaan media sosial, memberikan arahan, serta mendiskusikan dampak dari perilaku tidak etis di dunia maya.
Kesimpulan: Etika Dimulai dari Rumah
Melalui materi yang disampaikan, Ainur Rochmaniah memberikan pesan penting bahwa keluarga memiliki peran krusial dalam membentuk generasi bermoral di era digital. Dengan mempraktikkan komunikasi yang harmonis, memberikan teladan yang baik, dan menerapkan prinsip etika di media sosial, keluarga dapat menjadi benteng utama dalam membangun generasi yang sadar akan pentingnya komunikasi etis.
“Keterampilan komunikasi etis bukan hanya untuk dunia digital, tetapi juga menjadi fondasi untuk kehidupan sosial yang lebih baik,” ujar Ainur menutup sesinya.
Dengan tema yang mendalam dan diskusi yang interaktif, sesi ini berhasil memberikan wawasan baru tentang pentingnya memulai pembentukan etika dari lingkungan keluarga sebagai langkah awal menciptakan masyarakat digital yang bermoral dan beretika.
Penulis: Indah Nurul Ainiyah