Fbhis.umsida.ac.id – Gaya kepemimpinan dan keseimbangan antara kehidupan kerja (work-life balance) menjadi dua faktor penting yang menentukan tingkat kinerja dan kepuasan kerja karyawan dari Generasi Z.
Hal ini terungkap dalam penelitian Dr. Totok Wahyu Abadi, dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), yang berjudul “Bibliometric Analysis: The Influence of Organizational Culture on Generation Z’s Job Satisfaction Lifestyle.”
Penelitian yang dilakukan bersama tim melalui pendekatan bibliometrik terhadap 493 publikasi ilmiah internasional menunjukkan bahwa hubungan antara gaya kepemimpinan, work-life balance, dan kinerja karyawan Generasi Z membentuk kluster penelitian yang kuat dan saling berhubungan.
Hasil analisis data menggunakan perangkat VOSViewer memperlihatkan bahwa variabel “leadership style,” “work-life balance,” dan “employee performance” menjadi simpul utama dalam jaringan penelitian global terkait generasi muda di dunia kerja.
“Kepemimpinan yang humanis, partisipatif, dan fleksibel terbukti lebih efektif untuk membangun kepuasan kerja di kalangan Generasi Z,” ujar Dr Totok.
Ia menambahkan “Mereka membutuhkan pemimpin yang mampu mendengar, menghargai, dan memberi ruang untuk berkembang,” terangnya.
Baca juga: Orasi Ilmiah Dr. Sigit Hermawan: Peran Intellectual Capital dalam Meningkatkan Kinerja Organisasi
Kepemimpinan Humanis Jadi Faktor Kunci

Generasi Z dikenal memiliki karakter yang terbuka, melek teknologi, dan menghargai kebebasan berpikir.
Namun, penelitian ini menunjukkan bahwa mereka cenderung kurang nyaman dengan pola kepemimpinan otoriter.
Model kepemimpinan yang terlalu hierarkis dapat memicu stres dan menurunkan performa kerja.
Sebaliknya, pemimpin yang mengedepankan komunikasi terbuka dan memberi ruang bagi partisipasi karyawan muda, justru mampu meningkatkan produktivitas dan loyalitas.
“Kepemimpinan transformasional yang menekankan inspirasi dan kolaborasi menjadi model yang paling sesuai dengan karakter Generasi Z,” tutur Dr Totok.
Ia menambahkan bahwa gaya kepemimpinan seperti ini juga membantu membangun rasa memiliki terhadap organisasi.
Lihat juga: Festival GESPER 2025: Wadah Kreativitas Sineas Muda Sidoarjo
Work-Life Balance sebagai Penopang Produktivitas
Riset ini juga menemukan bahwa work-life balance berperan penting dalam menjaga kinerja dan kepuasan kerja.

Generasi Z menempatkan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi sebagai prioritas utama.
Berdasarkan analisis bibliometrik, topik ini menjadi salah satu yang paling banyak dibahas dalam rentang 2021 hingga 2023, bersamaan dengan meningkatnya perhatian terhadap kesehatan mental di tempat kerja.
Ketika keseimbangan hidup tidak terjaga, risiko kelelahan kerja (burnout) meningkat dan berdampak langsung pada performa.
Sebaliknya, organisasi yang memberi fleksibilitas jam kerja, dukungan kesejahteraan, dan ruang untuk aktualisasi diri, terbukti memiliki tingkat produktivitas lebih tinggi.
Menurut Dr Totok, “Work-life balance bukan sekadar tren, tapi kebutuhan psikologis Generasi Z untuk mempertahankan performa optimal dan kesejahteraan mental.”
Sinergi Gaya Kepemimpinan dan Keseimbangan Hidup
Dari hasil pemetaan VOSViewer, penelitian ini menegaskan bahwa kepuasan kerja Generasi Z tidak dapat dilepaskan dari sinergi antara gaya kepemimpinan yang inklusif dan penerapan work-life balance. Keduanya membentuk dasar kuat bagi kinerja yang berkelanjutan di lingkungan kerja modern.
Kombinasi antara pemimpin yang empatik dan sistem kerja yang fleksibel mampu menumbuhkan budaya organisasi yang sehat, di mana karyawan merasa dihargai sekaligus termotivasi untuk berkembang.
Penelitian ini memberi pesan penting bagi organisasi: mengelola Generasi Z bukan hanya soal memberikan fasilitas, tetapi juga soal membangun ekosistem kepemimpinan yang manusiawi dan seimbang.
Penulis: Indah Nurul Ainiyah


















