Fbhis.umsida.ac.id – Fakultas Bisnis, Hukum, dan Ilmu Sosial (FBHIS) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) jalin kolaborasi dengan Permata Bank Syariah menggelar kuliah umum bertema “Membangun Kualitas Sumber Daya Insani Syariah”. Kegiatan ini dilaksanakan pada Kamis (2/10/2025) di Aula Nyai Walidah Kampus 3 Umsida, dengan menghadirkan tokoh-tokoh penting dari dunia akademisi maupun praktisi keuangan syariah.
Turut hadir Wakil Dekan FBHIS Umsida, Wiwit Hariyanto SE MSi, Kepala Lazismu Umsida, Dr Kumara Aji Kusuma SFilI CIFP selaku manajer kantor layanan lazismu (KLL) Umsida, serta Direktur Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Umsida, Dr Sigit Hermawan SE MSi.
Acara dibuka dengan sambutan Magna Nofebriama Yusuf, Branch Manager Bank Permata Syariah Surabaya.
“Perekonomian di Indonesia menjadi highlight, mulai dari perubahan kementerian, termasuk Menteri Keuangan yang baru, Purbaya Yudhi Sadewa. Perubahan ini berdampak besar terutama bagi ekonomi syariah, karena potensinya sangat besar, baik di dalam negeri maupun di mancanegara,” ungkapnya.
Ia menambahkan, “Harapan besar, dengan kuliah umum ini mahasiswa siap bersaing menjadi insan syariah yang unggul,”.
Sementara itu, Wakil Dekan FBHIS Umsida, Wiwit Hariyanto SE MSi, berharap kuliah umum ini menjadi sarana menambah wawasan mahasiswa.
“Kami berharap acara ini bisa menambah insight mahasiswa terkait menjadi insan syariah yang bijak, baik sebagai nasabah maupun pelaku industri. Dengan kolaborasi ini, semoga lahir program bersama yang memberi dampak positif ke depan,” jelasnya.
Baca juga: Reshuffle Kabinet Prabowo Dinilai Strategis Jawab Dinamika Politik dan Ekonomi
Perkembangan Industri Keuangan Syariah
Materi pertama dibawakan oleh Habibullah LC SE MSi, Kepala Divisi Sharia Advisory & Governance Unit Usaha Syariah PT Bank Permata Tbk, yang menyoroti perkembangan terkini industri keuangan syariah baik di level global maupun nasional.
Ia menjelaskan, perbankan syariah masih menjadi tulang punggung keuangan syariah global dengan total aset mencapai USD 3,6 triliun pada 2024 atau tumbuh 12% dibandingkan tahun sebelumnya.
Indonesia sendiri menempati posisi keenam dunia dengan total aset keuangan syariah sebesar USD 162 miliar pada 2023.
Hingga Juni 2025, aset nasional tumbuh 12,8% (year-on-year) menjadi Rp 10.774 triliun.
“Pertumbuhan keuangan syariah jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan keuangan nasional yang hanya 4,7%. Ini membuktikan daya tahan dan relevansi keuangan syariah,” jelas Habibullah.
Namun, ia juga menekankan masih adanya tantangan besar, terutama stagnasi pangsa pasar perbankan syariah yang hanya 7,4% dalam satu dekade terakhir.
Untuk itu, menurutnya, dibutuhkan inovasi produk, integrasi keuangan sosial Islam seperti zakat, infak, sedekah, dan wakaf, serta kebijakan yang mendukung.
“Jika mampu berinovasi, keuangan syariah Indonesia berpotensi menjadi pusat pertumbuhan ekonomi syariah dunia di masa depan,” tambahnya.
Pentingnya Kualitas SDM Syariah
Narasumber kedua, Dr H. Asep Supyadillah MAg, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta sekaligus Anggota Dewan Pengawas Syariah Permata Bank Syariah, membawakan materi tentang penguatan kualitas sumber daya insani syariah.
Menurutnya, falsafah ekonomi syariah dibangun atas empat fondasi utama: akidah, syariah, akhlak, dan ukhuwah.
“Tujuan akhirnya adalah falah, yakni tercapainya kesejahteraan lahir dan batin. Aktivitas ekonomi harus berlandaskan pada etika, keadilan, serta kebersamaan,” tegas Dr Asep.
Ia juga menyoroti data terbaru yang menunjukkan adanya peningkatan literasi keuangan syariah hingga 375% pada 2025 dibandingkan 2022.
Namun, tingkat inklusi justru stagnan dengan pertumbuhan hanya 11%.
“Ini berarti masyarakat paham konsepnya, tetapi belum sepenuhnya bisa mengakses produk keuangan syariah. Tantangan kita adalah menyediakan layanan yang lebih mudah dijangkau,” ujarnya.
Selain itu, Dr Asep menyoroti kondisi SDM di industri syariah, di mana 80–90% pekerja tidak berasal dari latar belakang pendidikan syariah.
Padahal Indonesia memiliki 954 program studi ekonomi dan keuangan syariah serta sudah melahirkan 18 ribu tenaga bersertifikasi.
“Institusi pendidikan punya peran penting. Bukan hanya teori, tetapi juga praktik melalui riset, pengabdian, wirausaha, hingga magang industri,” tambahnya.
Sinergi dalam Penguatan Ekonomi Syariah
Kuliah umum ini menegaskan pentingnya sinergi antara dunia pendidikan dan industri dalam membangun ekosistem ekonomi syariah.
Dr Asep menekankan bahwa ekosistem ini melibatkan berbagai elemen: pendidikan, regulasi, riset, teknologi digital, hingga komunitas masyarakat.
“Keterpaduan supply dan demand adalah kunci. Dukungan investor, lembaga keuangan, pengelola zakat, hingga konsumen domestik bisa menciptakan pasar lebih luas, asalkan didukung regulasi yang jelas dan literasi masyarakat yang terus ditingkatkan,” tuturnya.
Melalui kegiatan ini, mahasiswa Umsida diharapkan tidak hanya memahami teori, tetapi juga menyadari tantangan nyata yang dihadapi ekonomi syariah Indonesia.
Dengan kolaborasi berkelanjutan, baik dari sisi kebijakan, industri, maupun akademik, ekonomi syariah Indonesia berpeluang menjadi kekuatan utama di tingkat global.
Penulis: Indah Nurul Ainiyah