Fbhis.umsida.ac.id – Dalam dunia perkuliahan yang penuh dengan tuntutan akademik, fenomena burnout semakin banyak dialami oleh mahasiswa. Tekanan dari tugas, ujian, serta ekspektasi akademik yang tinggi sering kali menyebabkan kelelahan fisik dan mental.
Burnout tidak hanya berdampak pada prestasi akademik, tetapi juga kesehatan mental mahasiswa secara keseluruhan.
Oleh karena itu, penting untuk memahami penyebab burnout dan mencari strategi yang efektif untuk mengatasinya.
Baca juga: Kesetaraan Gender: Kunci Mewujudkan SDGs Nomor 5 dalam Pembangunan Berkelanjutan
Penyebab Burnout di Kalangan Mahasiswa
Burnout di kalangan mahasiswa dapat terjadi akibat berbagai faktor yang saling berkaitan. Salah satu penyebab utama adalah beban akademik yang berlebihan.

Mahasiswa sering kali dihadapkan pada tenggat waktu yang ketat, ujian yang sulit, serta tugas yang menumpuk. Jika tidak diimbangi dengan manajemen waktu yang baik, tekanan ini dapat menyebabkan kelelahan kronis.
Selain faktor akademik, tekanan sosial juga berkontribusi terhadap burnout. Banyak mahasiswa merasa tertekan untuk memenuhi ekspektasi orang tua, dosen, atau teman sebaya.
Perasaan harus selalu tampil sempurna dan meraih prestasi tinggi dapat menimbulkan stres yang berkepanjangan.
Hal ini diperparah dengan perbandingan sosial yang semakin intens di era media sosial, di mana mahasiswa sering kali merasa harus menyamai atau bahkan melebihi pencapaian teman-teman mereka.
Kurangnya waktu istirahat dan keseimbangan antara kehidupan akademik dan pribadi juga menjadi faktor penyebab burnout.
Mahasiswa yang terus-menerus belajar tanpa memberikan waktu untuk diri sendiri cenderung lebih cepat mengalami kelelahan.
Kegiatan ekstrakurikuler dan pekerjaan paruh waktu yang dijalani secara berlebihan tanpa manajemen yang baik juga dapat meningkatkan risiko burnout.
Lihat juga: #KaburAjaDulu: Fenomena Anak Muda yang Mimpi Tinggal di Luar Negeri, Wacana atau Agenda Nih?
Dampak Burnout terhadap Kesehatan Mental dan Akademik
Burnout bukan hanya sekadar kelelahan fisik, tetapi juga berdampak pada kesehatan mental mahasiswa.

Gejala umum burnout meliputi perasaan lelah yang berkepanjangan, kehilangan motivasi, serta kesulitan berkonsentrasi dalam belajar.
Jika dibiarkan tanpa penanganan, burnout dapat menyebabkan kecemasan, depresi, hingga kehilangan minat terhadap dunia akademik.
Dari segi akademik, mahasiswa yang mengalami burnout cenderung mengalami penurunan prestasi.
Sulitnya fokus dan menurunnya daya ingat membuat mereka kesulitan memahami materi perkuliahan.
Akibatnya, nilai akademik bisa menurun, dan mahasiswa menjadi semakin frustasi dengan kondisi mereka. Selain itu, burnout juga berdampak pada hubungan sosial mahasiswa.
Mereka yang mengalami kelelahan mental sering kali menarik diri dari lingkungan sekitar, merasa kurang bersemangat dalam berinteraksi, dan mengalami perubahan emosi yang drastis.
Hal ini dapat mengganggu hubungan dengan teman, keluarga, maupun dosen.
Strategi Mengatasi dan Mencegah Burnout
Untuk mengatasi burnout, mahasiswa perlu menerapkan strategi yang efektif agar dapat menjaga keseimbangan antara akademik dan kesehatan mental.
Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah dengan mengelola waktu secara lebih baik. Membuat jadwal yang realistis, mengatur prioritas, serta memberikan jeda istirahat di antara sesi belajar dapat membantu mengurangi tekanan akademik.
Selain itu, menjaga kesehatan fisik juga menjadi faktor penting dalam mengatasi burnout. Mahasiswa perlu memastikan bahwa mereka mendapatkan tidur yang cukup, mengonsumsi makanan bergizi, serta rutin berolahraga.
Aktivitas fisik terbukti dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan energi untuk menjalani aktivitas akademik sehari-hari.
Menjaga keseimbangan antara akademik dan kehidupan pribadi juga menjadi langkah yang tidak kalah penting. Melakukan aktivitas yang menyenangkan di luar perkuliahan, seperti hobi, berkumpul dengan teman, atau sekadar berjalan-jalan, dapat membantu menyegarkan pikiran dan mengurangi tekanan.
Mahasiswa juga disarankan untuk tidak ragu mencari dukungan dari orang-orang terdekat atau bahkan berkonsultasi dengan ahli jika merasa burnout semakin berat. Kesadaran akan pentingnya kesehatan mental juga harus ditanamkan dalam lingkungan akademik.
Institusi pendidikan dapat berperan dalam menyediakan layanan konseling, seminar tentang manajemen stres, serta menciptakan lingkungan belajar yang lebih suportif bagi mahasiswa.
Fenomena burnout di kalangan mahasiswa merupakan masalah yang semakin banyak terjadi akibat tekanan akademik dan sosial yang tinggi.
Jika tidak ditangani dengan baik, burnout dapat berdampak buruk pada kesehatan mental, prestasi akademik, serta hubungan sosial mahasiswa.
Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk menerapkan strategi yang efektif dalam mengelola waktu, menjaga kesehatan fisik, serta mencari keseimbangan antara akademik dan kehidupan pribadi.
Dengan kesadaran dan dukungan yang tepat, burnout dapat dicegah dan diatasi sehingga mahasiswa dapat menjalani kehidupan perkuliahan dengan lebih sehat dan produktif.
Penulis: Indah Nurul Ainiyah