Fbhis.umsida.ac.id – Di era digital yang semakin berkembang pesat, media sosial memainkan peran penting bagi lembaga pendidikan dalam membangun citra, menjangkau lebih banyak audiens, serta meningkatkan efektivitas komunikasi.
Hal ini menjadi topik utama yang dibahas oleh Nur Maghfirah Aesthetika, MMedKom, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Ikom Umsida), dalam kegiatan pendampingan implementasi teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk optimalisasi media sosial pada Rabu, (26/02/2025).
Dalam pemaparannya, Nur Maghfirah menegaskan bahwa media sosial bukan sekadar platform berbagi informasi, tetapi juga alat strategis dalam meningkatkan reputasi serta membangun keterlibatan dengan berbagai pihak, termasuk siswa, orang tua, tenaga pendidik, dan masyarakat luas.
Baca juga: Dosen Ikom Umsida Dampingi Sekolah Muhammadiyah dalam Pengelolaan Media Sosial Berbasis AI
Urgensi Media Sosial dalam Dunia Pendidikan
Media sosial kini menjadi sarana utama bagi lembaga pendidikan dalam menyampaikan informasi dan membangun komunikasi dengan audiensnya.
Dengan lebih dari 167 juta pengguna media sosial di Indonesia, platform ini memberikan peluang besar bagi institusi pendidikan untuk memperkenalkan program, kegiatan akademik, serta budaya sekolah atau kampus secara luas.
Menurut Nur Maghfirah, pengelolaan media sosial yang baik dapat memberikan dampak positif terhadap citra lembaga pendidikan.
“Lembaga pendidikan perlu memahami bagaimana mengelola media sosial dengan bijak agar memberikan dampak positif serta menghindari risiko digital,” ujarnya.
Lihat juga: Mendorong Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan: Implementasi SDGs Nomor 8
Strategi Pengelolaan Media Sosial yang Efektif
Dalam kegiatan tersebut, ia memaparkan beberapa strategi penting yang perlu diterapkan dalam pengelolaan media sosial di lingkungan pendidikan.
Salah satunya adalah konsistensi dalam penyajian konten yang menarik, informatif, dan relevan untuk meningkatkan keterlibatan serta membangun kepercayaan audiens.
“Setiap unggahan yang dibuat mencerminkan identitas dan kredibilitas lembaga pendidikan. Oleh karena itu, pemilihan konten harus sesuai dengan visi dan misi institusi serta mampu menarik perhatian audiens,” tambahnya.
Selain itu, strategi manajemen krisis digital juga menjadi perhatian. Dalam dunia digital yang serba cepat, informasi dapat menyebar dengan mudah, termasuk isu-isu yang berpotensi merugikan lembaga.
Oleh karena itu, penting bagi lembaga pendidikan untuk memiliki pedoman dalam menangani situasi krisis di media sosial agar dapat mengelola risiko dengan efektif.
Penerapan AI dalam Optimalisasi Media Sosial
Salah satu inovasi yang kini dapat dimanfaatkan dalam pengelolaan media sosial adalah kecerdasan buatan (AI).
Menurut Nur Maghfirah, AI dapat digunakan untuk menganalisis tren, mengotomatiskan respons, serta meningkatkan interaksi dengan audiens.
“AI memungkinkan lembaga pendidikan untuk mengidentifikasi preferensi audiens dan menyusun strategi konten yang lebih tepat sasaran. Selain itu, AI juga dapat digunakan untuk memantau komentar, menjawab pertanyaan audiens secara otomatis, serta memberikan rekomendasi konten yang sesuai,” jelasnya.
Pemanfaatan AI dalam media sosial tidak hanya menghemat waktu, tetapi juga membantu lembaga pendidikan yang memiliki keterbatasan sumber daya dalam mengelola platform digital mereka.
Evaluasi dan Pengukuran Keberhasilan Media Sosial
Dalam pengelolaan media sosial, evaluasi berkala menjadi faktor penting untuk memastikan efektivitas strategi yang diterapkan.
Nur Maghfirah menjelaskan bahwa terdapat beberapa indikator utama yang bisa digunakan untuk mengukur keberhasilan media sosial, di antaranya jumlah interaksi, pertumbuhan pengikut, serta tingkat partisipasi audiens dalam diskusi atau kampanye yang dijalankan.
Selain metrik kuantitatif, dampak kualitatif juga harus diperhatikan. “Lembaga pendidikan perlu menganalisis bagaimana respons audiens terhadap unggahan, apakah ada peningkatan kepercayaan dari masyarakat, serta bagaimana media sosial membantu membangun reputasi lembaga secara positif,” ujarnya.
Menurutnya, keberhasilan media sosial bukan hanya ditentukan oleh jumlah pengikut, tetapi juga dari kualitas interaksi yang terjalin.
“Keberhasilan utama media sosial lembaga pendidikan adalah ketika bisa membangun komunitas yang aktif dan terlibat dalam setiap konten yang dibagikan,” pungkasnya.
Sebagai langkah konkret, ia merekomendasikan pemanfaatan fitur interaktif seperti sesi tanya jawab, webinar, atau live streaming guna meningkatkan keterlibatan audiens.
Dengan begitu, interaksi yang terjadi tidak hanya satu arah, tetapi juga memberikan ruang bagi audiens untuk turut berpartisipasi secara aktif.
Kegiatan pendampingan ini menjadi momentum penting bagi lembaga pendidikan untuk memahami urgensi media sosial serta bagaimana teknologi AI dapat dimanfaatkan dalam meningkatkan efektivitas komunikasi.
Dengan strategi yang tepat, pemanfaatan AI yang optimal, serta evaluasi yang rutin, media sosial dapat menjadi sarana yang bermanfaat bagi pengembangan lembaga pendidikan di era digital ini.
Penulis: Indah Nurul Ainiyah