Fbhis.umsida.ac.id – Orasi ilmiah menjadi salah satu momen reflektif dalam Yudisium ke-33 Fakultas Bisnis, Hukum, dan Ilmu Sosial (Fbhis) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) yang digelar Selasa, (22/07/2025) di Auditorium KH Ahmad Dahlan. Dosen Manajemen Fbhis, Dr Sumartik SE MM, menyampaikan orasi bertema “Membangun Kampus Berdampak: Sinergi Knowledge Sharing dan Knowledge Heterogeneity Mahasiswa Lulusan dalam Ekosistem Akademik Inklusif.”
Melalui orasi tersebut, ia menekankan pentingnya peran lulusan sebagai pembawa transformasi kampus dan masyarakat melalui kolaborasi pengetahuan serta keberagaman perspektif.
Baca juga: Dari Nilai Tertinggi hingga Aktivis Kampus, Mahasiswa Terbaik Warnai Yudisium Fbhis Umsida
Lulusan Adalah Awal, Bukan Akhir
Di hadapan civitas akademika dan ratusan mahasiswa yudisyawan, Dr Sumartik mengawali orasi dengan menyampaikan ucapan selamat kepada seluruh lulusan.
Ia mengingatkan bahwa kelulusan bukanlah garis akhir, tetapi awal dari tanggung jawab besar di dunia nyata.
“Hari ini bukanlah akhir, tetapi sebuah awal. Bukan titik pemberhentian, melainkan gerbang menuju dunia nyata. Dunia di mana Anda tidak hanya membawa ijazah, tetapi juga nilai, karakter, dan kontribusi nyata,” ujarnya.
Menurutnya, dunia kerja saat ini tidak lagi hanya menilai lulusan dari angka IPK, tetapi lebih pada dampak dan kontribusi sosial.
Oleh karena itu, Umsida dituntut tidak hanya melahirkan lulusan unggul secara akademik, tetapi juga adaptif terhadap tantangan sosial dan teknologi.
“Peran Umsida bukan sekadar mencetak lulusan ber-IPK tinggi, tetapi mencetak individu yang mampu membawa pengaruh positif bagi lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya,” jelasnya.
Baca juga: Praktisi Kementerian Desa Buka Wawasan Calon Yudisium FBHIS Umsida soal Strategi Lolos Dunia Kerja
Kampus Berdampak Lahir dari Berbagi Ilmu dan Kolaborasi Keberagaman
Dr. Sumartik menjelaskan bahwa konsep kampus berdampak tidak bisa dilepaskan dari dua elemen kunci: knowledge sharing dan knowledge heterogeneity.
Menurutnya, knowledge sharing atau budaya berbagi ilmu harus menjadi nafas lulusan dalam kehidupan pasca-kampus.
“Ilmu yang tidak dibagikan akan mati. Lulusan tidak cukup hanya membawa ilmu untuk diri sendiri. Mereka harus sadar bahwa pengetahuan adalah energi perubahan jika dibagikan,” tegasnya.
Ia mendorong para alumni untuk memanfaatkan berbagai platform, seperti forum lintas angkatan dan kanal digital kampus, sebagai ruang kolaborasi dan diseminasi ilmu.
Menurutnya, keberhasilan sebuah institusi bukan hanya dari jumlah lulusannya, tetapi dari seberapa besar pengaruh mereka di tengah masyarakat.
Selain itu, knowledge heterogeneity atau keberagaman pengetahuan menjadi kekuatan strategis dalam menciptakan solusi terhadap berbagai persoalan kompleks.
“Mahasiswa hukum berpikir struktural, komunikasi naratif, manajemen strategis, dan akuntansi akuntabel. Bayangkan jika semua latar belakang ini dikolaborasikan dalam forum strategis. Akan tercipta kekuatan luar biasa untuk menjawab persoalan nyata di masyarakat,” ujarnya.
Ia mengutip teori knowledge-based view bahwa kapasitas institusi dalam menyerap dan mengelola pengetahuan sangat bergantung pada ragam latar belakang sumber daya manusianya.
Dengan lingkungan akademik yang inklusif, kampus bisa menjadi pusat inovasi lintas disiplin yang berdampak luas.
Lihat juga: Amazing! Alumni Sukses Umsida, Tembus Perusahaan Multinasional
Alumni Sebagai Penggerak Ekosistem Pengetahuan
Dalam penutup orasinya, Dr Sumartik menegaskan bahwa keberadaan lulusan bukan hanya sebagai output akademik, melainkan sebagai penggerak ekosistem pengetahuan yang terus hidup di dalam kampus dan masyarakat.
“Mari kita geser paradigma dari lulusan yang sukses menjadi lulusan yang berbagi. Kampus bukan sekadar pencetak ijazah, tetapi ruang yang menyambut kembali lulusannya sebagai inisiator perubahan,” katanya.
Ia juga menyampaikan pesan kepada seluruh lulusan agar terus menjadi pembelajar sepanjang hayat, terbuka pada kolaborasi, dan menjunjung nilai-nilai Islam berkemajuan seperti amanah, profesional, dan ikhlas.
“Jadilah alumni yang adaptif terhadap perubahan, terbuka terhadap kolaborasi lintas budaya, serta memiliki empati dan semangat untuk berkontribusi nyata,” pesan Dr. Sumartik mengakhiri orasinya.
Orasi ini menjadi momen penting yang memperkuat semangat mahasiswa untuk tidak berhenti belajar dan terus berkontribusi.
Melalui sinergi knowledge sharing dan knowledge heterogeneity, Umsida diharapkan terus tumbuh sebagai kampus yang tak hanya dikenal dari output lulusannya, tetapi dari denyut pengetahuannya yang hidup dan berdampak di tengah masyarakat.
Penulis: Indah Nurul Ainiyah