Fbhis.umsida.ac.id – Fenomena “dividend trap” atau jebakan dividen semakin nyata menghantui investor pemula di pasar modal. Hal ini terungkap dari penelitian dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Detak Prapanca bersama timnya, yang mendalami efek psikologis dan teknikal pembagian dividen terhadap harga saham di indeks IDXHIDIV20.
Dalam studi tersebut, terungkap bahwa imbal hasil dividen yang tinggi tak selalu membawa keuntungan.
Bahkan, bisa menjadi pintu masuk ke kerugian finansial yang signifikan, terutama saat investor tidak memahami timing dan dinamika pasar secara menyeluruh.
Saham Berdividen Tinggi, Kenapa Justru Menjerat?
Indeks IDXHIDIV20 dikenal sebagai rumah bagi 20 emiten yang rutin memberikan dividen dengan imbal hasil tinggi. Saham-saham big caps seperti sektor perbankan dan konsumer menjadi favorit karena menjanjikan keuntungan tahunan dari pembagian laba.

Strategi umum yang digunakan investor adalah membeli saham sebelum cum date dan menahannya untuk memperoleh dividen.
Namun, penelitian Detak Prapanca SE MM, Herlinda Maya Kumala Sari SE MM, Aditya Mahardika menemukan bahwa strategi ini tak selalu menguntungkan.
Saat ex-date tiba, yaitu saat investor baru tak lagi berhak atas dividen, harga saham cenderung jatuh akibat aksi jual besar-besaran.
Ini menimbulkan kondisi dividend trap, di mana harga saham yang sempat melonjak akibat euforia dividen tiba-tiba anjlok, dan nilai investasi investor turun drastis.
Fenomena ini menunjukkan bahwa banyak investor terjebak pada angka dividen semata tanpa melihat aspek lainnya.
Alih-alih untung dari pembagian laba perusahaan, mereka justru menderita kerugian modal karena tidak mampu menjual saham dengan harga yang cukup mengimbangi penurunan.
Lihat juga: Efektivitas Pemberian Probiotik dalam Meningkatkan Keuntungan dan Efisiensi Budidaya Udang Vanamei
Peran Media Finansial dan Psikologi Massa
Penelitian ini juga menyoroti bagaimana media keuangan digital turut membentuk persepsi investor pemula.

Platform seperti Ajaib, Emtrade, dan Mirae Asset kerap mempromosikan saham-saham berdividen tinggi tanpa menyertakan peringatan risiko yang proporsional.
Di tengah arus informasi cepat, investor pemula mudah terbawa tren dan menyamakan dividen dengan keuntungan instan.
“Efek psikologis ini membuat investor muda menganggap dividen sebagai ‘bonus pasti’, padahal di balik itu ada dinamika pasar yang sangat fluktuatif,” ungkap Detak dalam laporan penelitiannya.
Ini diperparah oleh fenomena FOMO (fear of missing out) yang membuat keputusan investasi lebih dipengaruhi rasa takut ketinggalan daripada analisis fundamental yang matang.
Kondisi tersebut banyak terlihat dalam komentar warganet pada media sosial, khususnya ketika musim dividen tiba.
Banyak di antaranya mengaku mengalami kerugian karena membeli saham hanya beberapa hari sebelum cum date, lalu menjualnya saat harga jatuh pasca ex-date.
Bahkan CNBC sempat menyoroti efek kerugian yang bisa setara atau lebih besar dari dividen itu sendiri.
Baca juga: Kontradiksi Store Atmosphere dan Kualitas Produk terhadap Pembelian Impulsif
Strategi Cerdas Hindari Dividend Trap
Menariknya, penelitian ini juga menyodorkan langkah solutif bagi investor, terutama pemula.
Salah satunya adalah memahami bahwa Dividend Yield (DY) terbukti memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham, sementara Dividend Payout Ratio (DPR) dan Dividend Per Share (DPS) tidak terlalu berdampak langsung.
DY bisa menjadi indikator awal daya tarik saham, namun bukan satu-satunya faktor yang harus diperhatikan.
Investor disarankan tidak hanya terpaku pada jumlah dividen yang ditawarkan, tetapi juga menilai fundamental perusahaan, kondisi pasar, dan waktu pembelian.
Menganalisis kebijakan dividen secara menyeluruh, memahami kalender bursa (cum date, ex-date, payment date), serta menyelaraskan tujuan investasi jangka panjang menjadi langkah strategis yang harus dikuasai.
Studi yang dilakukan Detak Prapanca SE MM dan tim dari Umsida menjadi peringatan penting bahwa tidak semua iming-iming keuntungan instan layak dipercaya.
Dividend trap bukan sekadar istilah akademis, tapi kenyataan yang dapat menjerat siapa pun yang abai terhadap risiko.
Sudah saatnya investor terutama pemula mengedepankan pengetahuan, bukan sekadar harapan, dalam setiap keputusan investasi mereka.
Sumber: Jurnal “Perangkap dalam Keutungan Deviden pada Harga Saham” oleh Detak Prapanca dan tim.
Penulis: Indah Nurul Ainiyah